Pada pertengahan tahun 2021 ini saya berkesempatan membuat karya baru dan berpameran di Kota Lasem, Rembang Jawa Tengah. Masifnya bangunan kuno bergaya arsitektur khas cina, membuat kota Lasem biasa juga dikenal dengan sebutan Tiongkok kecil. Akulturasi budaya selama ratusan tahun telah melahirkan berbagai macam warisan budaya yang tak ternilai harganya, seperti bisa kita lihat pada Batik Tiga Negeri yang merefleksikan perpaduan kebudayaan cina, eropa dan jawa. Dalam kunjungan perdana saya ke kota Lasem, saya mencoba untuk melepaskan narasi-narasi besar yang sudah terlanjur muncul ke permukaan, seperti keberagaman, toleransi dan seterusnya. Berbekal pengetahuan yang terbatas tentang Lasem, saya meyakinkan diri untuk menggunakan intuisi dan impresi personal sebagai awal membangun ide dan gagasan.
Teman kami, mas Pop yang juga merupakan warga lokal menjadi pemandu kami dalam melihat Lasem, berkunjung dari tempat yang biasa untuk wisata sampai masuk ke rumah-rumah warga yang anti mainstream. Rumah-rumah tempat tinggal berarsitektur cina, berjejer dikelilingi tembok-tembok tinggi, tumbuh beserta gerobak dan tenda pedagang kaki lima merekat ditembok sekitar area pecinan. Kami juga berkesempatan mengunjungi rumah salah satu warga yang tinggal diarea pecinan, rumah tersebut dihuni oleh seorang kakek yang biasa dipanggil Opa dan bu Minuk. Gonggongan anjing dengan rantai dilehernya menyambut kedatangan kami disebelah pintu masuk rumah. Setelah masuk dan sedikit berbincang dengan bu Minuk, entah mengapa saya merasa rumah dengan gaya arsitektur cina tersebut seperti mengisolasi penghuninya, seolah mempunyai jarak yang cukup jauh dengan dunia luar. Awalnya kami cukup canggung sewaktu melihat-lihat isi rumah, karena takut menggangu privasi, tapi kemudian mas Pop meyakinkan kami kalau mereka merasa senang jika dikunjungi atau diperhatikan. Mungkin kalau tidak ada kunjungan yang biasa dilakukan mas Pop dan para tamunya, para penghuni rumah-rumah lama yang kebanyakan adalah orang tua akan terlupakan atau tidak lagi terhubung dengan dunia luar.
Hal lain yang menarik perhatian saya adalah sewaktu kunjungan kami ke klenteng Cu An Khiong, klenteng tertua di Lasem. Di area samping bagian dalam klenteng, saya menemui beberapa burung yang sengaja dipelihara di dalam kurungan yang bertengger dilangit-langit. Saya waktu itu dibuat heran, karena sepengetahuan saya yang minim beberapa acara seperti acara pernikahan diklenteng mempunyai prosesi untuk melepaskan burung ke alam bebas. Sebagai bentuk niatan baik bahwa semua mahkluk mendapatkan kebebasan. Tidak berusaha mencari mana yang benar dan salah, saya kemudian memilih hewan dan arsitektur sebagai tema dan materi utama karya saya.
Dalam kebudayaan cina banyak ditemukan hewan sebagai simbol dan perlambang yang menginterpretasikan harapan dan doa, salah satunya dapat ditemukan disetiap sudut atas bangunan bagian depan dan belakang. Elemen-elemen arsitektur khas cina tersebut kemudian saya gabungkan dengan bangunan semi permanen pedagang kaki lima yang hadir disekitar pecinan. Karya ini juga menghadirkan hewan-hewan mitologi yang berada dibagunan-bangunan kuno bersanding dengan hewan-hewan yang hidup disekitar area pecinan Lasem. Kita dapat menganalisa bagaimana manusia memperlakukan hewan peliharaan atau hewan yang hidup disekitar kita, sebetulnya secara tidak langsung sedang merefleksikan perasaaan kita terhadap lingkungan sekitar. Sebagai contoh bagaimana seseorang memelihara anjing, kita akan memposisikan hewan peliharaan kita sebagai bagian dari keluarga atau sebagai ‘penjaga rumah’ untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman.
In the middle of 2021, I had the opportunity to create new works and exhibit them at Lasem City in Rembang, Central Java. The massive ancient buildings in the style of traditional Chinese architecture have earned Lasem the nickname "Little China". For hundreds of years, cultural acculturation has produced various types of priceless cultural heritage, such as Batik Tiga Negeri, which reflects a fusion of Chinese, European, and Javanese cultures. During my first visit to Lasem, I attempted to create the big narratives that had already emerged, such as diversity, tolerance, and so on. With just a basic knowledge of Lasem, I convinced myself to use intuition and personal impressions as a starting point for developing concepts and ideas.
A friend of us called Mas Pop, who is also a local resident, as our tour guide in Lasem, took us from the usual places for tours to entering the homes of anti-mainstream residents. Chinese architectural houses, lined up and surrounded by high walls, are expanding rapidly along with carts and street vendors' tents glued to the walls surrounding Chinatown. We also had the opportunity to visit one of the residents' housing in the Chinatown area, which is occupied by a grandfather known as Opa and Bu Minuk. A barking dog with a chain around his neck greeted us just next to the house's entrance. After entering the house and able to speak shortly with Ms. Minuk, I had the feeling that the house with the Chinese architectural style seemed to isolate its occupants, as if they were separated from the outside world. We were a little awkward at first because we didn't really want interfere on their privacy, but Mas Pop assured us that they would be happy to be visited or cared for. Maybe if Mas Pop and his guests did not make regular visits, the residents of the old houses, mostly the elderly, would be forgotten or no longer connected to the outside world.
Another thing that grabbed my attention was our visit to the Cu An Khiong temple, Lasem's oldest temple. I found several caged birds perched on the ceiling in the temple's side area. I was surprised at the time because, as far as I know, some events, such as temple weddings, have a procession to release birds into the wild. As a gesture of goodwill, all beings are granted freedom. I chose animals and architecture as the main themes and materials for my work, instead of trying to figure out what is right and wrong.
Numerous animals are found in Chinese culture as symbols that interpret hope and prayer, one of which can be found in every corner of the front and back of a building. Then I combined elements of traditional Chinese architecture with the semi-permanent structures of street vendors found throughout Chinatown. This work also juxtaposes mythological animals found in the ancient structures with animals found in the Lasem Chinatown area. We can investigate how humans treat pets or animals that live around us, that also indirectly reflects our feelings about the environment. To fulfill the need for protection, we would position our pet as a family member or as a 'housekeeper,' as an example of how someone raises a dog.
Teman kami, mas Pop yang juga merupakan warga lokal menjadi pemandu kami dalam melihat Lasem, berkunjung dari tempat yang biasa untuk wisata sampai masuk ke rumah-rumah warga yang anti mainstream. Rumah-rumah tempat tinggal berarsitektur cina, berjejer dikelilingi tembok-tembok tinggi, tumbuh beserta gerobak dan tenda pedagang kaki lima merekat ditembok sekitar area pecinan. Kami juga berkesempatan mengunjungi rumah salah satu warga yang tinggal diarea pecinan, rumah tersebut dihuni oleh seorang kakek yang biasa dipanggil Opa dan bu Minuk. Gonggongan anjing dengan rantai dilehernya menyambut kedatangan kami disebelah pintu masuk rumah. Setelah masuk dan sedikit berbincang dengan bu Minuk, entah mengapa saya merasa rumah dengan gaya arsitektur cina tersebut seperti mengisolasi penghuninya, seolah mempunyai jarak yang cukup jauh dengan dunia luar. Awalnya kami cukup canggung sewaktu melihat-lihat isi rumah, karena takut menggangu privasi, tapi kemudian mas Pop meyakinkan kami kalau mereka merasa senang jika dikunjungi atau diperhatikan. Mungkin kalau tidak ada kunjungan yang biasa dilakukan mas Pop dan para tamunya, para penghuni rumah-rumah lama yang kebanyakan adalah orang tua akan terlupakan atau tidak lagi terhubung dengan dunia luar.
Hal lain yang menarik perhatian saya adalah sewaktu kunjungan kami ke klenteng Cu An Khiong, klenteng tertua di Lasem. Di area samping bagian dalam klenteng, saya menemui beberapa burung yang sengaja dipelihara di dalam kurungan yang bertengger dilangit-langit. Saya waktu itu dibuat heran, karena sepengetahuan saya yang minim beberapa acara seperti acara pernikahan diklenteng mempunyai prosesi untuk melepaskan burung ke alam bebas. Sebagai bentuk niatan baik bahwa semua mahkluk mendapatkan kebebasan. Tidak berusaha mencari mana yang benar dan salah, saya kemudian memilih hewan dan arsitektur sebagai tema dan materi utama karya saya.
Dalam kebudayaan cina banyak ditemukan hewan sebagai simbol dan perlambang yang menginterpretasikan harapan dan doa, salah satunya dapat ditemukan disetiap sudut atas bangunan bagian depan dan belakang. Elemen-elemen arsitektur khas cina tersebut kemudian saya gabungkan dengan bangunan semi permanen pedagang kaki lima yang hadir disekitar pecinan. Karya ini juga menghadirkan hewan-hewan mitologi yang berada dibagunan-bangunan kuno bersanding dengan hewan-hewan yang hidup disekitar area pecinan Lasem. Kita dapat menganalisa bagaimana manusia memperlakukan hewan peliharaan atau hewan yang hidup disekitar kita, sebetulnya secara tidak langsung sedang merefleksikan perasaaan kita terhadap lingkungan sekitar. Sebagai contoh bagaimana seseorang memelihara anjing, kita akan memposisikan hewan peliharaan kita sebagai bagian dari keluarga atau sebagai ‘penjaga rumah’ untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman.
In the middle of 2021, I had the opportunity to create new works and exhibit them at Lasem City in Rembang, Central Java. The massive ancient buildings in the style of traditional Chinese architecture have earned Lasem the nickname "Little China". For hundreds of years, cultural acculturation has produced various types of priceless cultural heritage, such as Batik Tiga Negeri, which reflects a fusion of Chinese, European, and Javanese cultures. During my first visit to Lasem, I attempted to create the big narratives that had already emerged, such as diversity, tolerance, and so on. With just a basic knowledge of Lasem, I convinced myself to use intuition and personal impressions as a starting point for developing concepts and ideas.
A friend of us called Mas Pop, who is also a local resident, as our tour guide in Lasem, took us from the usual places for tours to entering the homes of anti-mainstream residents. Chinese architectural houses, lined up and surrounded by high walls, are expanding rapidly along with carts and street vendors' tents glued to the walls surrounding Chinatown. We also had the opportunity to visit one of the residents' housing in the Chinatown area, which is occupied by a grandfather known as Opa and Bu Minuk. A barking dog with a chain around his neck greeted us just next to the house's entrance. After entering the house and able to speak shortly with Ms. Minuk, I had the feeling that the house with the Chinese architectural style seemed to isolate its occupants, as if they were separated from the outside world. We were a little awkward at first because we didn't really want interfere on their privacy, but Mas Pop assured us that they would be happy to be visited or cared for. Maybe if Mas Pop and his guests did not make regular visits, the residents of the old houses, mostly the elderly, would be forgotten or no longer connected to the outside world.
Another thing that grabbed my attention was our visit to the Cu An Khiong temple, Lasem's oldest temple. I found several caged birds perched on the ceiling in the temple's side area. I was surprised at the time because, as far as I know, some events, such as temple weddings, have a procession to release birds into the wild. As a gesture of goodwill, all beings are granted freedom. I chose animals and architecture as the main themes and materials for my work, instead of trying to figure out what is right and wrong.
Numerous animals are found in Chinese culture as symbols that interpret hope and prayer, one of which can be found in every corner of the front and back of a building. Then I combined elements of traditional Chinese architecture with the semi-permanent structures of street vendors found throughout Chinatown. This work also juxtaposes mythological animals found in the ancient structures with animals found in the Lasem Chinatown area. We can investigate how humans treat pets or animals that live around us, that also indirectly reflects our feelings about the environment. To fulfill the need for protection, we would position our pet as a family member or as a 'housekeeper,' as an example of how someone raises a dog.